Selasa, 13 Maret 2012

Sampah-Sampah Angkasa yang Pernah Jatuh di Indonesia


Jakarta Satelit berbobot 5 ton yang akan jatuh ke bumi pada sekitar 23 atau 24 September nanti merupakan sampah angkasa. Ya, tak hanya di bumi, di angkasa juga ada sampah.

Umumnya sampah-sampah angkasa ini berupa satelit yang tak lagi aktif atau roket. Sampah ini bisa jatuh ke bumi bila tidak habis terbakar di atmosfer bumi. Indonesia pernah beberapa kali kejatuhan sampah angkasa.

"Di Gorontalo pada 1981 pernah ada sisa roket yang jatuh," kata peneliti bidang matahari dan antariksa LAPAN, Abdul Rahman, dalam perbincangan dengan detikcom, Senin (19/9/2011).

Peristiwa di Gorontalo itu tepatnya terjadi pada 26 Maret 1981. Berdasarkan informasi tanggal jatuh dan analisis orbitnya, LAPAN menyimpulkan benda yang jatuh di Gorontalo adalah bagian motor roket Cosmos-3 M/Space Launcher 8 (SL-8)/11K65M milik Rusia.

"Terjadi juga pada 1988 di Lampung," lanjut Abdul.

Sampah angkasa yang jatuh di Lampung itu, setelah dianalisa oleh LAPAN, disimpulkan merupakan bagian motor roket Soyuz A-2 milik Rusia.

Peristiwa serupa terjadi di Bengkulu pada 14 Oktober 2003. Beberapa saat setelah terdengar ledakan yang menimbulkan getaran seperti gempa, warga menemukan pecahan roket di kebun karet di Desa Bukit Harapan IV, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

Dari analisis orbit diketahui bahwa benda jatuh itu diidentifikasi sebaga roket CZ-3A (Chang Cheng/Long March 3). Benda tersebut diluncurkan pada 29 November 1994. Menurut LAPAN, dari sumber lain diketahui fungsi roket itu adalah meluncurkan satelit komunikasi DHF-3.

Pada 23 Februari 2007, dilaporkan ada ledakan di Flores. Berdasarkan analisis objek antariksa yang jatuh sekitar tanggal tersebut, LAPAN menduga objek yang jatuh adalah pecahan satelit OKEAN 3 milik Rusia.

Satelit itu orbitnya melintasi Flores beberapa saat sebelum ledakan terdengar, pada ketinggian yang dikategorikan dalam proses jatuh. Pecahan satelit itu berukuran kecil, sekitar kepalan tangan.

Menurut LAPAN, objek tersebut tidak mengandung radiasi karena berasal dari satelit penginderaan jauh. Tidak ada kandungan nuklir dan zat berbahaya di dalamnya.

Sampah antariksa bisa terbakar dan menimbulkan suara ledakan saat memasuki udara yang lebih pada pada ketinggian 70-110 km. Getaran seperti gempa terjadi manakala benda tersebut berukuran cukup besar saat menghantam tanah.

Untuk memantau benda buatan yang mengitari Bumi dan berpotensi jatuh bila ketinggiannya cukup rendah, LAPAN menggunakan program Track-It. Sampah antariksa yang jatuh ini tidak dapat diatur kapan dan di mana jatuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar